A.
Amati Perhatikan!
Amati ayat berikut ini!
لَّقَدۡ
كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ
Artinya: “Sungguh telah ada dalam diri Rasulullah suri teladan
yang baik”. (Q.S. al-Ahzab:21)
B.
Penasaran?
Setelah kalian mengamati salah satu ayat al-Quran, tentunya akan
banyak hal yang menjadi pertanyaan di benak kalian bukan?. Nah, sekarang coba
tulis, kemudian ungkapkan pertanyaan-pertanyaan kalian tersebut!. Gunakan
pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, bagaimana, dan sebagainya.
NO
|
KATA TANYA
|
PERNYATAAN
|
1
|
Apakah
|
Peristiwa apa saja yang terjadi pada gambar di atas?
|
2
|
||
3
|
C.
Buka Cakrawalamu!
Mari kita membaca materi berikut ini untuk menambah wawasan kalian
tentang akhlak terpuji terhadap sesama!
1.
Husnuzhan
Nabi saw. bersabda:
Artinya: “Sangat beruntung orang yang sibuk dengan
aib/kekurangan diri sendiri dari pada mengurusi aib orang lain”.
Menurut bahasa, husnuzhan adalah berbaik sangka. Sedangkan
menurut istilah adalah berbaik sangka terhadap apa yang terjadi atau dilakukan
orang lain.
Orang yang mempunyai sifat husnuzhan selalu memandang orang lain
dengan kacamata kebaikan. Maka orang yang selalu ber-husnuzhan akan
lebih tenang dalam menjalani hidup. Jika seseorang berbuat kepadanya maka ia
akan sangat berterima kasih atas kebaikannya dan berusaha membalas kebaikannya.
Namun jika ada orang yang berbuat tidak baik kepadanya maka ia tidak akan
membalasnya dengan hal-hal yang tidak baik pula. Akan tetapi, dia akan mencari
sisi baiknya dan selalu mengintropeksi dirinya sendiri.
Secara umum husnuzhan ada dua macam:
a)
Husnuzhan
kepada Allah
Kita harus yakin bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Allah juga Maha Memelihara semua makhluk-Nya, terutama manusia. Maka apapun
yang Allah berikan dalam kehidupan kita, patut kita syukuri dan kita ambil
hikmhnya dengan ber-husnuzhan kepada Allah. Dengan begitu kita akan
semakin ikhlas dan sabar dalam menjalani kehidupan.
Ketika
Allah memberikan kita musibah seperti sakit, maka kita harus ber-husnuzhan
kepada Allah. Bahwa Allah sayang kepada kita dengan merontokkan dosa-dosa kita
ketika sakit dan bersabar.
b)
Husnuzhan
kepada sesama manusia
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia saling membutuhkan antara
yang satu dengan yang lain. Islam mengajarkan berbagai cara untuk menciptakan
kehidupan bermasyarakat yang damai dengan ber-husnuzhan kepada
masyarakat atau tetangga sekitar. Seperti halnya Rasulullah yang selalu ber-husnuzhan
kepada orang-orang yang menyakitinya. Ketika Rasulullah menyiarkan dakwah pada
periode pertama, beliau pernah ditolak, dihujat dan disakiti oleh penduduk
Thaif. Namun Rasulullah selalu ber-husnuzhan bahwa mereka belum memahami
tentang kerasulannya kemudian mendoakannya agar mendapat petunjuk dari Allah
Swt.
Kita
patut mencontoh perbuatan baik Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari baik di
masyrakat atau di lingkungan sekolah kita.
2.
Tawadhu’
Pengertian tawadhu’ adalah rendah hati dan tidak sombong.
Orang yang tawadhu’ adalah orang yang menyadari bahwa semua kenikmatan
yang didapatnya bersumber dari Allah Swt. Dengan kenyakinannya tersebut maka
tidak pernah terbesit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan meresa lebih
baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang
sudah dicapainya. Ia tetap rendah hati dan selalu menjaga hati serta niat segala amal kebaikannya dari segala
sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena
Allah.
Tawadhu’ merupakan salah satu bagian dari
akhlak mulia jadi sudah selayaknya kita sebagai muslim bersikap tawadhu’,
karena tawadhu’ merupakan salah satu akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh
setiap umat Islam. Perhatikan sabda Nabi saw. berikut ini:
Rasulullah saw. bersabda yang artinya: “Tiada berkurang harta
karena sedekah, dan Allah tiada menambah pada seseorang yang memaafkan
melainkan kemuliaan. Dan tiada seseorang yang bertawadhu’ kepada Allah,
melainkan dimuliakan (mendapat ‘izzah) oleh Allah. (HR. Muslim).
Tanda orang yang tawadhu’ adalah di saat seorang semakin
bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sika tawadhu’ dan kasih
sayangnya. Dan semakinbertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut
dan waspadanya. Setiap kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah
ketamakan nafsunya. Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah
kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dan setiap kali bertambah
tinggi kedudukan dan posisinya maka semakin dekat pula dia dengan manusia dan
berusaha untuk menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati
kepada mereka. Ini karena orang yang tawadhu’ menyadari akan segala nikmat yang
didapatnya adalah dari Allah Swt. untuk mengujinya apakah ia bersyukur atau kufur.
Allah berfirman dalam surah al-Isra ayat 37
وَلَا
تَمۡشِ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَرَحًاۖ إِنَّكَ لَن تَخۡرِقَ ٱلۡأَرۡضَ وَلَن تَبۡلُغَ ٱلۡجِبَالَ
طُولٗا ٣٧
Artinya: “Dan janganlah kallian berjalan di atas bumi ini dengan
menymbongkan diri, karena kalian tidak akan mampu menembus bumi atau menjulang
setinggi gunung”. (QS. Al-Isra:37)
3.
Tasamuh
Menurut
bahasa tasamuh berarti toleransi. Sedangkan menurut istilah, tasamuh
berarti sama-sama/saling berlaku baik, lemah lembut, dan saling memaafkan.
Dalam pengertian istilah umum, tasamuh adalah sikap akhlak terpuji dalam
pergaulan, di mana terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam
batas-batas yang di gariskan oleh ajaran Islam. Sikap tasamuh perlu
dibangun dalam diri setiap individu agar tidak terjadi benturan antara
keinginan dan kepentingan antar sesama manusia. Dengan tasamuh dapat
menjauhkan diri dari sifat kesombongan dan keangkuhan.
4.
Ta’awun
Ta’awun adalah tolong-menolong antar sesama umat manusia dalam hal
kebaikan, supaya saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan pribadi maupun
kebutuhan bersama.
Dalam
firman Allah menyerukan:
وَتَعَاوَنُواْ
عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ
وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ ٢
Artinya: “...dan tolong menolonglah kamudalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan. Bertaqwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya”. (QS.
al-Maidah:2)
D.
Rangkuman
Menurut bahasa, husnuzhan adalah berbaik sangka. Sedangkan
menurut istilah adalah berbaik sangka terhadap apa yang terjadi atau dilakukan
orang lain. Orang yang mempunyai sifat husnuzhan selalu memandang orang lain
dengan kacamata kebaikan. Maka orang yang selalu ber-husnuzhan akan
lebih tenang dalam menjalani hidup. Jika seseorang berbuat kepadanya maka ia
akan sangat berterima kasih atas kebaikannya dan berusaha membalas kebaikannya.
Namun jika ada orang yang berbuat tidak baik kepadanya maka ia tidak akan
membalasnya dengan hal-hal yang tidak baik pula. Akan tetapi, dia akan mencari
sisi baiknya dan selalu mengintropeksi dirinya sendiri.
Sedangkan tawadhu’ adalah rendah hati dan tidak sombong.
Orang yang tawadhu’ adalah orang yang menyadari bahwa semua kenikmatan
yang didapatnya bersumber dari Allah Swt. Dengan kenyakinannya tersebut maka
tidak pernah terbesit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan meresa lebih
baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang
sudah dicapainya. Ia tetap rendah hati dan selalu menjaga hati serta niat segala amal kebaikannya dari segala
sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena
Allah.
Adapun tasamuh menurut istilah adalah “sama-sama berlaku
baik, lemah lembut, dan saling memaafkan. Dalam pengertian istilah umum, tasamuh
adalah sikap akhlak terpuji dalam pergaulan, di mana terdapat rasa saling
menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang di gariskan oleh ajaran
Islam.
Sikap
tasamuh perlu dibangun dalam diri setiap individu agar tidak terjadi
benturan antara keinginan dan kepentingan antar sesama manusia. Dengan tasamuh
dapat menjauhkan diri dari sifat kesombongan dan keangkuhan. Ta’awun
adalah tolong-menolong antar sesama umat manusia dalam hal kebaikan, supaya
saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan pribadi maupun kebutuhan bersama.
Pelajaran dan pendidikan akhlak sangat penting bagi pelajar muslim di seluruh Indonesia. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
BalasHapusPengertian Rasul Ulul Azmi pengertian husnuzan, tawaduk, tasamuh dan ta'awun Ufa Bunga SMartphone
Sangat bermanfaat
BalasHapus